Postingan

Mikir Ideal

Gambar
Foto waktu libuan, tak ada kaitannya dengan isi conten, :) 23 februari 2017, dikarenakan tuntutan persyaratan registrasi S-2, saya harus buru-buru datang ke puskesmas untuk mengurus surat keterangan sehat dan bebas buta warna. Hari ini harus bangun pagi (bagi banyak orang jam 09.00 sudah tidak pagi lagi) mengingat kemarin saya harus pulang dengan tangan hampa karena pendaftaran pemeriksaan sudah ditutup. *** Ambil nomor antrean, kerut dahi, hela nafas agak panjang...Antre lama. Sebagai generasi millenia, agak aneh kalau nunggu antrean lama sementara tangan kosong tanpa gadget apapun. Kalian pasti tahu bagaimana perasaan saya selama hampir satu jam menunggu panggilan pendaftaran. Masuk ruangan, sempat jengkel pula saat ada sebutan ibu di depan nama saya. Duduk. Ngobrol sebentar sama dokternya sambil ibu suster pasang alat tensi darah di lengan kanan saya...saya lupa nama dokternya, apalagi susternya. Beberapa saat setelah cek tensi darah, saya dipersilahkan untuk me

Kepada Matahari

Gambar
Keluarlah ! Keluar mencari matahari Ketika ia tak datang, kenapa hanya diam berpangku tangan Cari matahari Paling ia hanya sedang bermalasan dibalik selimut hitamnya Ia hanya ingin melihat kita menarik kata Keluhan kita tentang terik yang menggosongkan tadi Tarik selimutnya Lebih kuat lagi Tunjukan bahwa kamu masih membutuhkannya, Buat dia merasa dibutuhkan Karena itu yang sebenarnya matahari inginkan Merasa DIBUTUHKAN

jangan jadi sepele dan tersepelekan

Gambar
Keluar dari mulut buaya lantas masuk ke mulut harimau. Gali lubang untuk menutup lubang lainnya atau terjatuh lagi kedalam lubang yang sama berulang kali. Banyak peribahasa yang bisa digunakan untuk menunjukan bentuk-bentuk dari kebodohan seorang manusia yang hidupnya hanya berkutat pada satu masalah yang itu-itu saja. Masalah – masalah yang sayangnya tidak menambah pengetahuan dan kebijaksanaan. Tidak memberi perkembangan menuju kebaikan. Lihat mereka, sejoli yang sedang duduk berdua dibangku taman. Bukan yang itu, perhatikan yang prianya memakai topi merah itu. Menurut kalian apa hal yang membuat mereka berdebat hebat jika suasana hati mereka sedang  tak sebagus cuaca hari ini? Ya paling seputar mantan dan masa lalu pasangannya. Lalu pemuda tanggung yang bermuka kaku itu, yang seperti sudah menanggung beban berat sedari muda, ia slalu saja pusing setiap akhir bulan karena gaji yang seharusnya untuk membeli susu anaknya dan kebutuhan keluarga mudanya harus tersisihkan juga untuk

Masihkah?

Gambar
Melihatmu lagi, sudah berapa lama kita terpisah ? Lama, lama sekali. Lihat dirimu sekarang, cantik. Tinggimu dulu sebahuku, tapi kini aku harus sedikit menoleh keatas jika ingin menatap matamu. Apalagi, lebih gemukan? Nggak sih, lebih berisi tepatnya. Seingatku dulu kamu kurus, itu yang membuat kamu begitu lincah dan penuh semangat menjalani hari-harimu. Melihatmu lagi, membuatku terpaksa harus mengingat lagi mimpi-mimpi kecil kita dulu. Mimpi yang ingin kita wujudkan bersama. Mimpi yang terdengar konyol, tak masuk akal, yang akan ditertawakan sebagai celotehan seorang anak kecil bagi mereka orang-orang dewasa. Heeh...Orang dewasa tahu apa tentang mimpi-mimpi kita. Mereka kan hanya sibuk memikirkan hal-hal yang rumit dan membosankan, itu pendapatmu dulu. Keadaan kemudian memaksa kita berpisah, memberi jarak yang untuk ku bayangkan pun aku belum sanggup. Aku masih ingat waktu aku pamit denganmu. Kamu tidak mau bicara sedikitpun. Diam. Aku tak tahu apakah diammu mar

Celoteh Sore

Masih hidup seperti siput? Selalu membawa rumah sebagai bebanmu? Membuatmu lambat, tak leluasa, akhirnya tertinggal... Ini hidupku, masalahkah buatmu? Tidak, hanya saja kasihan denganmu. Kenapa tak kamu letakan sejenak bebanmu, rumahmu itu. Cobalah keluar, lihat sekitar, ada begitu banyak hal yang lebih indah yang sayang jika tak kamu alami. Biar saja. Aku sudah nyaman seperti ini. Nyaman dengan semua hal yang kamu sebut "beban" ini. Atau kamu mau pamer dengan gaya hidupmu itu, yang rela memotong ekormu saat kamu terdesak? Ini kusebut pengorbanan. Mengapa harus menangisi sesuatu yang sudah lepas, yang kita tahu bahwa hal itu akan ada yang mengganti. Seperti tak menghargai apa yang pernah kamu miliki. Terikat dengan yang sudah pergi sama saja tak menghargai apa yang saat ini kau miliki. Itu prinsipmu Ya...ini prinsipku

30 september 2013

Aku hanya mengingat tanggal yang tertera dalam kertas itu. Aku lupa atau lebih tepatnya melupa dengan kata yang tertera di atasnya. Aku belum bisa menerima kenyataan bahwa kamu benar-benar telah memilih, memilih utuk pergi. 30 september 2013. .............. Bagaimana aku bisa masuk ke dalam hati yang sudah berpenghuni? Meski penghuni itu hanya ilusi, yang masih saja dibawa dari masa-masa yang sudah terlewat. Bagaimana bisa aku bersikeras untuk masuk, sedangkan pemilik kediaman itu tidak mempersilahkan aku untuk duduk. Pada akhirnya akan sampai pada titik dimana aku harus bangun dari segala mimpi... Pada akhirnya aku harus menyadari bahwa ada hal-hal yang telah disediakan namun bukan untuk aku miliki.... Pada akhirnya nanti aku harus memilih, memperjuangkanmu hingga letih atau mempersiapkan diri kemudian pergi. Pada akhirnya nanti aku akan menemui saat-saat dimana sudah tidak memungkinkan lagi untuk memperjuangkan semua ini. Bukankah tidak ada artinya, menun

Cinta Platonis

Aku tak pernah benar-benar menyalinnya. Aku hanya senang membaca tulisannya, mencoba membaca karakter dia dari tulisannya, menyimak curhatan kecil tentang pelajaran yang dia ikuti, tentang rasa kantuknya di kelas dan hal- hal kecil yang dia coba tuliskan di bukunya. Mungkin terdengar aneh, tapi yang pasti hal itu hanyalah sebuah alasan agar aku bisa terus dekat dengan dia. Sebuah alasan agar aku bisa terus menyapanya. Ya...dia adalah gadis istimewa itu. Sudah hampir 2 tahun aku mengenalnya. Dan sejak pertama kali melihatnya, aku langsung tahu bahwa hatiku telah memilihnya. Sejak itu pula aku mulai menata hatiku, menyiapkan tempat khusus di dalamnya yang akan ditempati olehnya. Hari-hari yang kami lalui bersama membuat aku semakin bergantung padanya. Dia seperti charger ketika semangat kuliahku mulai drop, menjadi aspirin ketika rasa sakit menerpaku, dialah orang yang bersedia mendengarkan argumen-argumen konyolku. Banyak hal yang membuat dia begitu dekat dan berarti bagiku. Entah