Untitled Feeling (Biarlah Ku Simpan Dalam hati)

picture here
       Seperti hari hari sebelumnya, cuaca siang di halte depan kampus ku cukup panas. Terik mentari mampu membuat kedua mataku mengkerut, panasnya mampu membuat peluh menyelinap keluar dari sela pori pori kulitku.
Untungnya hembusan angin sepoi - sepoi sedikit berpihak padaku, membawa serta rasa lelahku setelah seharian  dijejali dengan kegiatan kuliah pergi bersama hembusan angin.
Satu hal lagi yang membuat aku betah berpanasan, hal yang membuat aku menikmati kecupan sang mentari padahal ada halte sebagai tempat berteduh.

Mata ini seperti tak bisa berkoordinasi dengan baik. terus saja berusaha memperhatikan tingkah gadis manis yang sedari tadi kupandangi, tanpa ia ketahui. Seorang gadis dengan rambut lurus memanjang dengan sedikit poni dikeningnya. padahal kalau di pikir pikir dulu aku lebih tertarik dengan perempuan berambut pendek, perempuan berambut pendek akan terlihat cantik yang sebenarnya. Itu menurutku, dulu.

Tapi entah kenapa, sepertinya senyumnya mampu meluluhkan pendirianku. Ada sesuatu dihatiku yang telah tersentuh oleh senyuman manisnya. Ada rasa yang membuat hati ini tenang saat melihat senyumnya.
Manis...
Apakah ia tahu betapa manis senyumnya ?
 Ahhh...pasti sudah ada ratusan orang yang mengatakan itu kepadanya. Sepertinya kata "manis" sudah biasa ia dengar dari mulut seorang pria.

Keringat masih saja mengalir melewati alis mataku.
Aku hanya bisa mencuri curi kesempatan menatap senyumnya, tanpa berani mencoba mengenalnya lebih dekat, cukup memandangnya tak lebih.
Dan aku seperti membangun tembok pemisahku sendiri. Tembok setinggi bahu yang membuat aku hanya bisa memandangnya tanpa bisa berada dekat dengan nya. Aku juga lebih suka seperti ini.

 *****

Semester pertamaku sudah hampir rampung, dan aku masih saja mencoba mencari sosok pemilik senyum manis itu. Masih seperti dulu, hanya berani memandangnya. 
Mungkin orang akan menyebut aku penakut aku tidaklah peduli, memangilku pengecut karena tak berani menyatakan perasaan ku padanya. Jangankan menyatakan aku suka sama dia, berkenalan saja tak pernah kulakukan. Biarlah orang berkata apa, aku tak peduli.

Berkenalan ???
Untuk apa lagi berkenalan, toh aku sudah tahu namanya Adel, Adelia Susanto. Anak kedua dari dua bersaudara. Ayahnya adalah seorang Dosen sedangkan ibunya sibuk mengurus keluarga di rumah. Kakaknya sedang melanjutka studi S2 di Nanyang Technological University, Singapore. 
Paling suka membaca novel yang berkisah tentang misteri dan kisah kisah detektive karya Sir Arthur Conan Doyle maupun Agatha Christie. Makanan favoritnya ??? hobby nya??? warna kesukaa nya ??? semua tentang dia aku tahu. Jadi untuk apa lagi aku berkenalan dengan nya ???. 
Benarkan?

 Aku tetap membiarkan perasaan ini berkecamuk dihatiku. Apa aku memang pengecut karena tak berani mangungkapkan suka padanya, atau aku hanya terlalu takut menerima jawaban yang tak sesuai dengan yang aku harapkan jika aku mengutarakan isi hatiku padanya. Dua sisi dihatiku seolah saling berperang pendapat dan beradu argumen.

Entahlah.....
Salah dengan caraku mencintainya??? aku tak tahu.
Salahkah aku yang terlalu rapat menyimpan rasaku. rasa yang sengaja kunikmati sendiri. membiarkanya tak mendapat balasan layaknya perasaan suka yang orang lain rasakan.
Sampai kapan aku bisa menyimpan perasaan ini ?.Sekali lagi aku tak tahu.

Siang ini aku masih saja menunggumu di halte depan kampus. Seperinya aku sudah terkena candu, candu senyumanmu. Bagaimana denganang perasaanku ?. Biarlah ku simpan dalam hati.



Tapi entah kenapa, sepertinya senyumnya mampu meluluhkan pendirianku. Ada sesuatu dihatiku yang telah tersentuh oleh senyuman manisnya. Ada rasa yang membuat hati ini tenang saat melihat senyumnya.




Komentar

  1. tentu salah jika perasaan itu hanya dipendam.
    perasaan itu harus diketahui minimal 1 orang yaitu "saya" , dan maksimal 2 orang yaitu "saya" dan dia. Orang lain tak perlu tau, tapi dia harus tau. apapaun jawabannya, pasti akan memuaskan. karena kita tau langkah apa yang akan kita laksanakan ke depan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih sarannya mas zach...
      untungnya ni cuma fiksi...:)

      Hapus
  2. Ngk percaya kalo ini fiksi cz labelnya 'ceritaku' hayooo.. ngaku jatuh cintanya sama sopo :)

    kalo bener ini nyata jgn ditundah2 untuk segera berlari padanya dan mengatakan apa yg seharusnya hatimu katakan. karena kita tak pernah tahu setelah hari ini, hari esok apa yg kan terjadi :)

    BalasHapus
  3. Saya setuju sama komentarnya bang Zachflazz kalaw ada perasaan suka misalnya jangan dipendamkan saja. Kalaw kata ustad Hary Moekti "jangan kau ragu dan membisu, ucapkan saja isi hatimu" hehehehehhee.

    BalasHapus
  4. aiinisa@ beneran ini cuma fiksiii...
    mesti gantilabelnya nihhh...
    setuju sama kata katanya...

    BalasHapus
  5. asep har@ mantap nih pak asepp...kalo kejadian sama ane, ntar ane aplikasikan deh saran saran nya...:D

    BalasHapus
  6. jangan di pendam lah kan udah tau namanya, tinggal memperkenalkan diri jangan nunggu senyuman manis itu hilang atau malah melihat sudah di miliki orang lain.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

SIBOLGA SQUARE...

Mikir Ideal

Nono & Nini : Mitos Pecahnya Sebuah Gelas